gemantara.com,Jakarta – Sabtu 24 September 2022, segenap bangsa di republik ini, kembali memperingati Hari Tani Nasional Nasional Ke-62, sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi setinggi-tingginya kepada para petani, atas konsistensi dan dedikasi luar biasa dalam menjaga ketahanan serta memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat Indonesia.
Diusia yang lebih dari setengah abad ini, kerja keras penuh peluh dan keringat para petani kita diseluruh penjuru tanah air lah, yang membantu upaya negara dalam memenuhi kebutuhan pangan nasional, ungkap Ketua KPK H. Firli Bahuri, Minggu 25/9/22.
Firli menuturkan bahwasanya bukan hanya itu saja, kontribusi nyata para pertani seantero negeri ini, terbukti senantiasa menjadi garda terdepan dalam menopang dan menumbuhkan kembali perekonomian negara dimasa-masa sulit, seperti saat pandemi Covid-19 yang melanda hampir seluruh negara di dunia.
Saya pastikan hal itu nyata dan benar adanya, karena saya melihat sendiri betapa luar biasanya kerja keras, pengorbanan serta keikhlasan luar biasa segenap putera-puteri terbaik bangsa ini yang berprofesi sebagai petani, dalam menjaga ketahanan sekaligus memenuhi kebutuhan pangan seluruh rakyat, serta menjadi salah satu pilar penopang kebangkitan dan pertumbuhan ekonomi negara.
Tidak berlebihan jika saya dan kita semua memandang Para Petani di Tanah Air sebagai Pahlawan Pangan Nasional, atas seluruh dedikasi luar biasa tanpa henti, terhadap bangsa dan negara ini, ujarnya.
Melihat andil, kontribusi dan peran nyata para petani terhadap negara selama ini, saya memiliki pandangan, pahlawan pangan kita ini tidak boleh sedikit pun dikecewakan, dimain-mainkan apalagi di rampok hajat hidupnya.
Saya ingatkan dan peringatkan kepada siapapun, khususnya aparatur pemerintah termasuk pejabat terkait yang mengurusi hajat hidup para petani, untuk tidak coba-coba apalagi berani main-main dengan hak para pahlawan pangan ini, yang diberikan negara melalui program-program kesejahteraan petani yang telah dicanangkan oleh pemerintah.
Saya pastikan akan kami kejar, tangkap dan jerat siapapun yang berani mengusik apalagi memakan anggaran negara dari program-program kesejahteraan petani, dengan pasal tindak pidana korupsi yang paling berat hukumannya.
Jika memiliki cukup alat bukti kuat, akan kami pilih opsi terberat bagi siapapun TSK korupsi program kesejahteraan petani, yakni hukuman penjara paling lama dengan pengembalian uang negara berikut denda, atau KPK miskinkan para koruptor melalui pasal TPPU.
Saya ingat kembali, jangan main-main dengan hajat hidup petani. Beberapa waktu lalu, dalam perkara dugaan tindak pidana korupsi pengadaan pupuk hayati untuk pengendalian organisme pengganggu tumbuhan pada Kementerian Pertanian tahun anggaran 2013 yang kami ungkap di tahun 2022 ini, saya perintahkan langsung Deputi Penindakan KPK untuk menahan paksa oknum penyelenggara negara yang menjadi pejabat terkait di tahun 2012 (Eks Dirjen Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Hasanuddin Ibrahim), berikut pihak-pihak swasta yang terlibat ‘hengki pengki’ mencuri hak petani. Ingat, jangan coba-coba!.
Dalam kesempatan ini, saya mengajak kita semua untuk menggali lebih dalam nilai-nilai dan tauladan yang dapat kita ambil dari hidup-kehidupan dari keseharian para petani tanah air.
Konsistensi untuk terus memacul, menanam, merawat lalu menunggu hasil pertanian dari sebidang tanah yang mereka garap, mengajarkan tauladan tentang kerasnya kehidupan yang membutuhkan tekad, pengorbanan serta kerelaan luar biasa dan sejatinya harus dijalani, khususnya dalam mencari rezeki.
Hitam legamnya kulit yang membungkus raga para petani kita, menunjukkan betapa teguhnya integritas petani untuk senantiasa istiqomah mencari rupiah demi rupiah sebagai penggarap ladang atau sawah, bukan dengan cara-cara salah agar dapat hidup wah, layaknya perilaku dan gaya hidup koruptor yang suka ‘bermewah-mewah’.
Apa yang dialami dan dirasakan petani, juga pernah saya alami dan rasakan dalam perjalanan hidup saya.
Sesungguhnya, saya anak dari seorang petani, dimana almarhum Ibu tercinta sebagai tulang punggung keluarga setelah ayah berpulang lebih dahulu menghadap ilahi, bekerja sangat keras sebagai petani untuk menghidupi kami anak-anaknya.
Masih teringat jelas, tangan renta beliau saat membabat rumput liar, melebur sebidang tanah dengan pacul dan peralatan pertanian seadanya, menanam, merawat lalu mengerjakan pekerjaan lainnya sambil menunggu masa panen.
Saya sendiri ikut bertani bersama ibu, dimana saat menunggu masa panen, saya gunakan bekerja sebagai penyadap karet yang hasilnya sebagian digunakan untuk membeli perlengkapan sekolah dan saya sebagian lagi saya berikan ke ibu.
Selain saat panen, ada momen-momen yang paling saya sukai dimasa itu yakni ketika waktu makan tiba, usai bergelut membantu ibu diladang. Sepiring nasi panas dengan sambal terasi dan sepotong kecil ikan asin sepat, begitu nikmat saat disantap dalam kondisi lelah dan lapar. Hingga saat ini, nasi panas dengan sambal plus ikan asin tetap menjadi makanan favorit saya.
Ada momen haru penuh nilai-nilai pengorbanan yang baru saya sadari ketika beranjak dewasa, yaitu kerelaan luar biasa ibu yang seringkali memberikan sebagian nasi serta ikan asin miliknya ke saya, dengan alasan sudah kenyang, dimana pemberian tersebut habis dalam sekejap dimulut saya.
Inilah bentuk nyata kerelaan ibu saya, seorang petani bagi anak-anaknya, dan saya yakin, hal ini juga dilakukan oleh seluruh petani bagi anak-anaknya.
Insya Allah, kami di KPK akan mengawal seluruh anggaran peningkatan kesejahteraan bagi para petani di seluruh Indonesia, agar kemakmuran bagi Pahlawan Pangan Nasional ini benar-benar terwujud dan dirasakan oleh seluru petani dari Sabang sampai Merauke, mulai Miangas hingga Pulau Rote, tutup Firli seraya mengucap salam.
(Gun”77)